Rahim Pengganti

Bab 118 "Taman Anggrek"



Bab 118 "Taman Anggrek"

0Bab 118     
0

Taman Anggrek     

"Gue gak butuh lo ketawa. Kesel banget deh gue," ujarnya. Sedangkan Arya, bukannya berhenti dirinya semakin keras tertawa, mendengar hal itu membuat Xavier hanya menatap datar ke arah sang sahabat. Diri nya akan membiarkan Arya seperti ini dulu, agar sahabatnya itu bahagia.     

Mata Xavier menatap ke arah sebuah undangan yang ada di meja Arya. Pria itu lalu membukannya, mata Xavier melotot tajam ketika melihat nama siapa yang tertera di sana. Nama yang dirinya rindukan.     

"Nah udah lo buka. Ini juga alasan gue, minta lo datang. Ini sepertinya alasan Siska ke galeri. Dia mau grand opening cafe baru, dan lo tahu Bian pengusaha sukses itulah kita kita dapat undangan dari dia," ujar Arya.     

"Lo pergi?" tanya Xavier.     

"Gak bisa. Ale lagi gak bisa ditinggal, lo tahu gimana menghadapi ibu hamil manjanya liar biasa. Paling nanti gue kirim buket bunga selamat aja," balasnya.     

Senyum terpantri di wajah, Xavier melihat hal itu semakin membuat Arya tidak mengerti akan sikap sahabatnya ini yang sering berubah ubah.     

"Ngapain lo senyum senyum kagak jelas gitu? Gue masih normal ya, masih suka sama perempuan," ujar Arya. Bukan nya marah, Xavier malahan melempar senyuman manis nya.     

"Lo gak bisa pergi? Biar gue aja yang datang gimana?" tawar Xavier. Mata Arya melotot tajam, bagaimana bisa pria di depan nya saat ini berpikiran seperti itu, sungguh hal ini membuat Arya tidak habis pikir dengan apa yang diucapakan oleh Xavier.     

"Gila lo. Emang bisa gitu? Gak gak gak, entar di sana lo bikin ulah malu gue, jangan bersikap aneh deh lo," ujar nya. Arya tidak ingin kedatangan Xavier menjadi bumerang buat dirinya dan juga sahabat nya itu. Apalagi Arya tahu, bagaimana Bian yang bisa saja marah di sana karena melihat kedatangan pria yang sudah menyakiti adiknya itu. Memikirkan hal itu saja membuat, Arya tidak sanggup.     

"Gue gak akan bikin onar. Kalau hal itu yang lo pikirkan, gue cuma pengen tahu dia lebih jauh. Gue juga udah minta nomornya, ke pihak galeri. Tenang aja Ar," ucap Xavier dengan penuh keyakinan. Namun, masih ada perasaan ragu di dalam hati nya Arya.     

Keduanya saling berdebat hingga akhir nya Arya mengalah dan memberikan izin kepada Xavier untuk pergi ke sana. Sejujurnya Arya senang jika Siska dan Xavier bisa bersama, karena pria itu tahu bagaimana kisah kedua nya. Karena campur tangan kedua orang tua Xavier lah, tragedi itu terjadi.     

Xavier pamit, karena dia ingat ada janji dengan jagoan kecilnya, pria itu tidak mau membuat sang anak kecewa, itulah di setiap kesempatan dirinya akan meluangkan waktu untuk Dellon.     

"Gue harap lo bisa bahagia, dan permusuhan dari kedua keluarga selesai," ucap Arya saat Xavier sudah pergi dari ruangannya.     

***     

Senyum manis dari kedua ayah dan anak itu terlihat sangat manis. Dellon bahagia sekali, saat melihat sang Daddy pulang lebih awal. Anak kecil itu bahkan tidak menyelesaikan les bahasa Spanyol nya.     

Anak berusia 4 tahun itu sudah dituntut dengan banyak hal. Semua bermula dari kedua orang tua Xavier yang ingin segala terkontrol, itu juga yang membuat Xavier tidak betah di rumah. Dirinya sudah berulang kali mendebat sang Papa untuk tidak terlalu memforsir Dellon tapi pria itu selalu tidak mau kalah.     

Bukan Xavier tidak peduli akan anaknya, tapi keadaan yang sangat sulit dirinya ambil. Jika dia membawa Dellon tinggal bersamanya maka kesehatan sang Mama akan terganggu. Tapi jika tidak kasihan dengan anak sekecil itu yang harus terus belajar demi bisa memuaskan keinginan orang dewasa.     

"Kalian jadi pergi?" tanya Mama Oliv. Wanita yang begitu dicintai oleh Xavier. Baginya kebahagian, wanita itu adalah sesuatu hal yang luar biasa harus diperjuangkan.     

"Jadi Granma. Ini Dellon udah ganteng, Daddy juga."     

Oliv tersenyum, begitu juga dengan Xavier. Keduanya akhir pamit, pergi terlihat jelas ekspresi wajah Dello yang begitu bahagia dan tulus. Berbeda saat dirinya harus dipaksakan melakukan sesuatu, senyumnya berbeda.     

"Bahagia selalu kalian," gumam wanita paruh baya itu. Tidak ada seorang ibu, yang menginginkan kepahitan dalam hidup anaknya. Begitu juga dengan Oliv, wanita sering berdebat dengan sang suami untuk tidak terlalu ikut campur dan memanfaatkan Xavier tapi dirinya hanya bisa mengalah dengan semua yang terjadi.     

Sesampainya di taman, Dellon segera berlari kesana kemari anak laki laki itu, mulai bermain dengan semua permainan yang ada di sana.     

Xavier hanya mengikuti ke mana anaknya pergi, pria itu juga sesekali mengambil beberapa foto foto dan video anak nya.     

"Daddy," ucapnya dengan nada gembira saat berhasil bermain ayunan.     

"Pelan pelan son. Hati hati, jangan sampai jatuh," ujar Xavier.     

Semua permainan di sana, digunakan oleh Xavier. Anak itu sangat senang, melihat kebahagiaan di wajah anaknya membuat Xavier juga bahagia. Dulu, dirinya bingung kenapa bisa tidak menerima anak sebaik dan selucu Dellon.     

Andai saja diri nya saat itu benar benar membuang Dellon, entah penyesalan seperti apa yang di rasakan olehnya. Sudah terlalu banyak hal buruk yang dirinya lakukan saat ini.     

"Daddy lapar," ucap Dellon. Xavier melirik jam di tangannya memang sudah waktunya untuk makan. Taman anggrek ini di kelilingi dengan banyak restoran, meskipun masih dalam satu wilayah dengan komplek perumahan kedua orang tua Xavier, tapi banyak juga orang luar yang masuk dan bermain di sana.     

***     

Restoran ayam goreng adalah pilihan setiap anak kecil, entah apa yang membuat anak anak sangat suka dengan ayam. Xavier saja orang dewasa juga sangat suka dengan olahan daging ayam tersebut.     

"Daddy chicken 4 ya," ucap nya dengan mengedipkan matanya, melihat hal itu membuat Xavier menganggukkan kepalanya pria itu akan memberikan semua hal yang diinginkan oleh anaknya. Bahkan jika Dellon, minta di ambilkan bulan juga akan dilakukan oleh dirinya.     

Keduanya berjalan ke arah meja, setelah selesai memesan makanan untuk mereka. Dellon terlihat kelelahan karena, anak itu sangat asyik bermain.     

"Besok kita ke taman lagi Dad?" tanyanya.     

"Gak bisa son. Daddy ada urusan penting, nanti kalau urusan Daddy selesai, kita bermain kembali," ucapnya. Dellon hanya menganggukkan kepalanya, dirinya tahu jika anaknya itu tidak suka dengan jawaban dirinya. Namun, mau bagaimana lagi hal itu lah yang terjadi. Dirinya harus bisa bertemu dan bicara dengan Siska.     

Di lain tempat, Bian, Carissa, Bunda Iren, Siska dan kedua orang teman Bian kaget dengan apa yang di sampaikan oleh Tante Elsa. Semuanya terdiam di sana, sungguh hal itu membuat semua orang di sana terkejut.     

Ya ampun, rasanya Bian saat ini ingin tertawa tapi tidak mungkin. Pria itu lalu menatap sang Tante dengan tatapan intens.     

"Beneran tan?" tanya Bian.     

Elsa hanya menganggukkan kepalanya sembari menundukkan kepalanya. Wanita itu juga malu, saat mengatakan semuanya kepada bunda Iren dan keponakannya.     

###     

Halo bab kedua meluncur ya.     

Ayo siapa yang bisa tebak, apa yang di ucapkan oleh Tante Elsa. Ayo ayo. Selamat membaca dan terima kasih ya. Sehat terus guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.